Jumat, 24 Mei 2013

Anda Pernah Mendapat Pengalaman Hampir atau Pernah Ditipu? Jika Iya, Anda Beruntung

Heran melihat judul tulisan saya kali ini? Tidak usah khawatir, kesalahan bukan pada mata Anda. Mata Anda masih normal. Mengapa judulnya menimbulkan kontroversi? Bukannya kalau kita ditipu justru artinya sedang sial? Kok malah beruntung?

Ya, hampir ditipu apalagi sudah pernah tertipu adalah hal yang merugikan kita. Rugi yang saya maksudkan bisa berupa rugi materi ataupun kerugian yang sifatnya jauh dari material misalnya menimbulkan ketakutan. Bukankah semua hal di atas tidak menguntungkan?

Coba dingat-ingat dulu pengalaman Anda sendiri soal ditipu atau menipu. Ups, saya tidak menuduh Anda penipu lho dan berbahagialah bahwa kita bukan penipu ^^. Bagaimana menurut Anda pengalaman tersebut? Tidak mengenakkan? Tentu saja. Menimbulkan trauma? Semoga saja tidak.

Pengalaman saya sendiri tentang penipuan dapat disebut banyak (setidaknya lebih dari 1). Pengalaman pertama adalah di sebuah angkot. Malam itu saya sedang dalam perjalanan menuju rumah nenek sepulang sekolah. Saya duduk di dalam angkot di ujung paling belakang. Angkot berangkat. Tidak lama kemudian naik 5 atau 6 orang pria sehingga angkot hampir penuh. Saat itu saya tidak curiga mengenai apa pun.

Kemudian orang yang duduknya paling dekat dengan saya, kita sebut tersangka 1, menyapa cowok yang duduk di seberang saya, "Dek, masih kuliah atau sekolah?"

Cowok itu menjawab, "Kuliah."

Tersangka 1 bertanya lagi sambil menunjuk saya, "Itu pacarnya ya? Adik juga masih kuliah?"

Saya menjawab, "Bukan. Saya masih SMA."

"Ooo. Begini, kemarin ada orang yang ditusuk di angkot. Jadi kan ada pasangan yang duduknya kayak kamu begini, si cewek di seberang cowoknya. Lalu ada orang lain duduk di samping si cewek. Mungkin si orang lain nggak sengaja nyenggol ceweknya sedikit terus yang cowoknya nggak seneng. Cowoknya itu mau memukul. Seharusnya kan ceweknya pisahin ya, ini nggak, malah orang itu ditusuk pakai gunting."

Saat si tersangka 1 bercerita, saya masih tidak curiga, malah (bodohnya saya) tertarik dengan cerita bualan belaka tersebut. Tetapi saya melihat gelagat-gelagat aneh yang membuat resah juga. Dan saya semakin takut ketika kemudian cowok yang duduk di seberang saya akan turun.

"Bang, pinggir, Bang," kata si cowok.

Saya ingin ikut turun tetapi dicegah oleh si tersangka 1, "Nanti dulu, Adik jangan turun dulu. Kalau nggak bersalah ngapain takut?"

Dalam hati saya berkata 'kalau gitu orang yang tadi juga jangan dikasih turun dong, kenapa gw doang sih?'.

"Saya geledah sebentar ya, tasnya. Coba diambil dulu dompet dan handphone Adik, kami nggak mau ada kehilangan apa-apa."

'Justru loe mau gw kehilangan apa-apa kan?' kata saya lagi dalam hati.

Terpaksalah saya memberikan tas setelah mengambil dompet dari dalamnya.

"Handphone-nya mana?" tanya si tersangka 1.

Saat itu memang saya sedang tidak membawa handphone maka saya bilang, "Nggak ada."

Tas saya diacak-acak oleh teman-temannya si tersangka 1, semua barang dikeluarkan.

Si tersangka 1 bilang, "Coba liat kantong belakangnya."

"Hah? Gunting emang bisa ditaro di kantong belakang?!!!" secara otomatis saya agak berteriak.

"Eeee, umm, cutter, iya bisa aja cutter," kata si tersangka 1 dengan kurang meyakinkan.

'Helloooooooo tadi loe bilang gunting, sekarang cutter, rupanya tu gunting yang tadi buat nusuk bisa disulap pula menjadi cutter???' kata saya masih dalam hati waktu itu dan sampai sekarang masih ngakak kalau ingat hal tersebut.

Dipikir-pikir cutter yang ukuran normal juga nggak mungkin ditaruh di kantong celana belakang kan?

Akhirnya setelah tidak menemukan sama sekali barang berharga menurut mereka, saya diturunkan di sebuah jalan yang sudah agak jauh dari tempat yang tadinya saya harus turun untuk berganti angkot. Alhasil, saya jalan kaki dengan agak menggerutu tetapi bersyukur karena selamat tanpa kehilangan satu benda pun.

Satu hal lagi yang saya ingat saya ucapkan ke 'mereka' (total 5 atau 6 orang tadi termasuk si tersangka 1) adalah bahwa saya telah kelewatan tempat seharusnya saya turun, "Yah jadi kelewatan kan tuh."

 Ada yang menjawab, "Masih bagus dikasih turun."

Mungkin itu pertama kalinya selain si tersangka 1 ada tersangka lain yang berbicara. Tapi saya sudah tidak ingat sih suaranya seperti apa. Lagipula dia cuma menggumam, nggak tahu dia bahwa kuping saya kuping super, mampu mendengar suara dari jauh atau suara berbisik/gumam (anehnya tetap kadang-kadang budeg).

Jadi saya harus berterima kasih telah diberi kesempatan turun angkot? Baiklah, terima kasih kakak-kakak penipu. Semoga jalan kalian menipu ke depannya kembali tidak mulus dan selalu bertemu korban kere seperti saya. <<Ini saya mendoakan yang terbaik lho. Kan si penipu jadinya tidak jadi berbuat jahat. Baik untuk korbannya, baik juga untuk dirinya sendiri.

Kepada para pembaca, modus di atas adalah sebagai informasi untuk menghindari kejadian yang sama terjadi kepada Anda. Ingat, kejahatan adalah untuk dihindari, bukan untuk ditiru!!!!

Ada 1 lagi kejadian ditipu yang saya alami dengan sangat lucu dan menyenangkan. Kejadian tersebut saya simpan dulu untuk tulisan berikutnya ya :).

Mengenai judul, apakah belum terpecahkan artinya? Ya, jika sudah pernah hampir atau telah ditipu, kita menjadi waspada dan mungkin akan sulit tertipu di kemudian hari. Selalu menjauh dari orang yang gerak-geriknya mencurigakan. Ini juga penting: duduklah di bagian depan angkot atau di tempat duduk yang sekiranya dekat dengan pintu jika awalnya sebuah angkot kosong. Tetaplah berkeras duduk di sebelah pintu jika ada rombongan naik beramai-ramai apalagi semuanya pria yang mecurigakan (maho apa, jalan bareng-bareng berlima malem-malem?) kalau perlu langsung turun terutama jika Anda wanita.

Pantau terus tulisan menarik dari saya (PeDe bener).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar