Minggu, 23 Juni 2013

Mengejar Kebahagiaan

Kebahagiaan adalah dambaan semua orang. - Siapa yang tidak ingin bahagia? Jawabannya, tidak ada. Semua orang ingin bahagia.

Satu pertanyaan telah terjawab, muncul lagi pertanyaan berikutnya. Bagaimana cara untuk bahagia? Pembaca ada yang mau membantu saya menjawabnya? Silakan. Saya tunggu, boleh dituliskan di komentar di bawah post ini.

Saya menuliskan tentang kebahagiaan ini bermula dari sebuah kuis yang diadakan oleh Penerbit Elf Books. Pertanyaannya adalah 'Apa sih definisi bahagia menurutmu?'. Saya tidak bilang jawaban saya adalah yang terbaik (atau paling benar) tetapi saya sangat gembira jawaban saya itu membuat saya mendapatkan novel secara gratis. Jawaban saya adalah, nanti ya saya kasih tau, hehehe. Kuis tersebut berhadiah Novel Happiness Theory yang sudah saya buat review-nya.

Wah nulis apa lagi nih, padahal kemarin udah kepikiran bahan bagus eh malah lupa ckckckckkck.

Nah, udah inget. Kebahagiaan biasanya tidak lepas dari hal-hal atau keadaan yang membuat diri kita senang, gembira. Padahal, senang dan gembira belum tentu berarti bahagia.

Kebahagiaan dikatakan adalah kebalikan dari perasaan sedih (bener kagak tuh?). Bila kita sedih, tentu tidak bisa dikatakan bahagia. Bila kita sedang bahagia, perasaan sedih pun terlupakan. Padahal, sedih belum tentu tidak bahagia.

Ngomong apa sih ini penulisnya? Dari tadi hal yang berlawanan kok diputer sana-sini. Ndak mudeng!!

Yaa, baiklah, saya masuk ke intinya saja :D. Ini gara-gara baca tips blog nih. Katanya artikel/post yang baik itu harus minimal 500 kata. Ya jadinya saya mencoba 10001 cara agar mendapat 500 kata, hahahahaha (oh, nggak lucu).

Mengejar kebahagiaan, apakah sudah atau sedang Anda lakukan? Apakah wujud kebahagiaan yang Anda kejar itu? Apakah kekayaan? Apakah kemuliaan? Apakah itu kejayaan? Terserah pada pilihan masing-masing.

Baru-baru ini saya mendapat satu pengertian mengenai kebahagiaan. Bagi para pembaca yang menemukan tulisan saya salah atau bertentangan tentang pendapat Anda mengenai kebahagiaan, silakan layangkan gugatan ke pengadilan ****** (hah?). Nggak, nggak, bagi yang bertentangan pendapat, saya menghargai pendapat Anda. Sebaliknya, Anda berhak untuk menghargai atau pun tidak menghargai pendapat saya.

Banyak orang berkata, "Saya akan bahagia setelah saya kaya."

Saya akui, saya termasuk satu dari orang yang akan berkata seperti itu.

Setelah kaya, ditanya lagi, "Apakah Anda bahagia?"

Jawabannya, "Tidak."

"Mengapa?"

"Saya kurang tidur. Tidur pun tidak nyenyak."

Rupanya orang kaya tersebut bekerja dari pukul 7 pagi, pulang pukul 12 malam. Kemudian bangun lagi pukul 5 pagi. Pantas saja kaya. Ia bekerja keras. Apakah ia bahagia? Tidak.

Tapi kan, ada juga orang yang kaya bukan karena bekerja keras. Kaya dari mendapatkan warisan misalnya. Pasti orang itu bahagia dong.

Ya, saya juga berpikir seperti itu. Tanyakan saja kepada orang tersebut, apakah ia bahagia? Jawabannya bisa satu di antara dua. Memang hanya ada dua jawaban. Iya atau tidak. Bisa bahagia, bisa saja tidak.

Berarti benar, kekayaan itu membawa kebahagiaan.

Ya, kekayaan bisa membawa kebahagiaan. Tetapi, apakah kebahagiaan yang didapat dari kekayaan itu berlaku selamanya? Tidak. Jadi bagaimana? Berarti kita tidak bisa selalu bahagia selamanya? Ya.
Tidak seperti di cerita-cerita dongeng dengan akhir happily ever after, dalam kehidupan nyata ini kebahagiaan dan kesedihan datang silih berganti. Semuanya tidak ada yang abadi. Tetapi hal tersebut bukan inti pembahasan kali ini.

Jika demikian, berarti tidak ada cara untuk selalu bahagia? Ada. Tidak 100% bahagia melulu tiap detik, kalau boleh dikatakan, tetapi kebahagiaan akan meningkat secara signifikan. Bagaimana caranya? Rahasia besar kah ini? Ya, bisa dibilang rahasia dan saya akan membaginya dengan Anda.

Mengejar kebahagiaan ke mana-mana, mencari, dan mencari. Ternyata ada di dalam diri sendiri. Hah, itu rahasia besar? Ya, buktinya Anda baru tahu kan? Kebahagiaan kita bermula dari pikiran kita. Pikiran adalah awal, pikiran adalah pelopor.

Berkelahi dengan teman. Ah berarti masih punya teman, cepat-cepatlah berdamai, berbahagialah.
Dimarahi orangtua. Ah berarti masih punya orangtua, hormati orangtuamu, berbahagialah.
Badan capek sehabis bekerja. Ah berarti enak punya pekerjaan sementara orang lain menganggur, berbahagialah.
Tapi kan nggak enak capek, tangan pegal, kaki pegal. Berbahagialah, banyak orang bermimpi untuk memiliki tangan dan kaki seperti yang Anda miliki.

Dilihat, diraba, diterawang, eh bukan, dilihat lagi betapa banyak kebahagiaan yang dapat kita rasakan.

Ngomong doang sih gampang. Buktinya saya, kehidupan morat-marit. Buat makan saja susah. Boro-boro mikirin bahagia. 

Benarkah? Anda hidup di jalanan, kerja keras tapi uang sedikit, dapetnya capek doang? Justru orang-orang yang jarang merasakan kebahagiaan akan merasa sangat bahagia untuk kebahagiaan yang sedikit. Kebahagiaan yang bagi orang-orang lain mungkin akan dianggap remeh. Dari mana? Itu adalah bagian Anda untuk menemukannya. Saya cuma bisa bilang ada, banyak. Oke, oke contoh sedikit. Seorang kuli panggul yang kecapekan tidur dengan pulas di pinggir toko beralaskan tikar. Orang kaya yang tidak bisa tidur dalam contoh di atas tadi akan iri dengan kuli tersebut. Si orang kaya boleh tidur di atas spring bed berharga jutaan tetapi apakah ia merasakan kebahagiaan? Jangankan kebahagiaan, mungkin kenyamanan saja tidak.

Yah, tulisan hanya akan menjadi teori. Prakteknya ada di diri masing-masing. Penulis hanya bisa bilang, ini berfungsi. Penulis telah dan akan terus menerapkannya.

Berikut ini jawaban saya atas kuis Elf Books yang sudah saya tulis di atas:

"Bahagia adalah saat ini, tidak menyesal dengan masa lalu dan tidak khawatir dengan masa depan. Bahagia juga adalah ketika kita berbagi bahkan hal yang paling remeh dan sedikit."-A.K.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar