Rabu, 23 September 2015

Anak-anak Bermacam Gaya

Saat memikirkan judul untuk isi tulisan ini, gelas tersenggol dan air tumpah di kasur saya. !#@$#^$&*%(!!!! Uh, tarik nafas, sabar, temanya anak-anak jadi tidak boleh memaki!).

Mengurus anak tidak harus selalu dilakukan oleh ibu-ibu yang sudah mempunyai suami dan anak (jelas, harus ada suaminya dulu baru punya anak seperti yang sering ditegaskan oleh teman saya, R). Banyak pekerjaan profesional yang sangat dekat dengan istilah mengurus anak. Salah satunya adalah guru. Lho, guru kok mengurus anak? Iya, malah intensitas mengurus anak dalam pekerjaan sebagai guru adalah sangat tinggi. Memang bukan dalam hal mengurusnya agar bertambah besar, tambah tinggi, atau hal-hal fisik lainnya. Tetapi guru 'mengurus' agar kemampuan si anak dapat berkembang dengan baik. Guru mengarahkan agar sikap dan sifatnya sesuai dengan norma di masyarakat.

Saya adalah salah satu orang yang beruntung dapat berprofesi sebagai guru. Meskipun bukan seorang guru di sekolah/ pendidikan formal. Saya mengajar di salah satu tempat les terkenal yang membuat saya juga (akan) terkenal. Sebut saja tempat les ini K (buset udah kayak berita-berita kriminal).

Mengajar di tempat les K, saya bertemu berbagai macam anak, mulai dari anak yang pendiam pake banget sampai ada juga anak yang pecicilan setengah hidup. Pecicilan itu apa? Semacam kue. Semacam itulah, ada deh, tanya oom aja sana. Oh iya, ada juga lho anak yang setiap datang belum mandi, wanginya semerbak cahaya matahari, waktunya belajar malah gelantungan di tangga, tapi itu cerita lain.

Kali ini saya hanya mau menceritakan kejadian-kejadian lucu yang saya alami di tempat les K ini. Dimulai dari seorang anak dengan inisial J, sebut saja namanya Juna (emang nama aslinya Juna). Juna masih berumur 4 tahun, atau kurang. Ketika pertama kali masuk tempat les K, dia harus selalu ditemani oleh ibunya ke dalam kelas. Lama kelamaan, ibunya boleh menunggu di luar, tetapi si Juna ini tidak mau tidak melihat wajah ibunya. Maka, mulailah si Juna belajar di kelas dengan ditemani foto ayah dan ibunya. Foto itu tidak pernah lepas dari tangan Juna. Sambil mengerjakan soal-soal dari tempat les K, Juna memegang foto di tangan kanan, ia juga memegang pensil di tangan kanan, terus gimana nulisnya? Kurang tahu juga, kalau tempe ada.....

Saat Juna akhirnya terbiasa belajar di tempat les K, ia sering mengobrol dengan kakak-kakak pengajar di sana. Saya juga pernah ikut dalam euforia obrolan bersama Juna. Waktu itu ia sedang menyanyi satu lagu, kakak-kakak di kelas ikut meramaikan suasana dengan ikut bernyanyi. Lagu yang dinyanyikan judulnya Soleram.

Berikut ini lirik lagu Soleram yang dinyanyikan Juna sebelum dibetulkan oleh kakak-kakak yang baik hati.

Solelam, Solelam. Solelam anak yang manis.
Anak manis janganlah dicium.
Sayangkan merah pipinya.

Otomatis, kakak-kakak yang baik hati memberitahu lirik yang benar kepada Juna. Berikut ini lirik lagu Soleram yang benar (setidaknya menurut kami dan seingat saya).

Soleram, Soleram. Soleram anak yang manis.
Anak manis janganlah dicium, sayang.
Kalau dicium, merahlah pipinya.

Super daebak! Lucu sekali waktu Juna mencoba menyanyikan lagu dengan lirik yang benar. Kakak-kakak di kelas tertawa dengan lepas hingga konon kabarnya suara kami terdengar hingga 3 km....

Kemudian kejadian lucu lagi bersama Juna baru saja terjadi hari ini. Karena tidak bisa datang saat hari kelas, Juna dan ibunya datang untuk tukar PR. Juna bercerita bahwa dia melihat banyak kambing dan sapi.  Berhubung hari ini adalah 1 hari sebelum Hari Raya Idul Adha seorang kakak pengajar (teman saya) menimpali Juna dengan mengatakan bahwa besok Lebaran Haji. Masih kakak yang sama, sebut saja Kakak 1, dengan gembira mengajak bertemu kakak lainnya, sebut saja Kakak 2, yang tersembunyi di dalam kelas.

 "Juna, mau ketemu Kakak 2 kan? Yuk ke kelas yuk," ajak Kakak 1.

Juna dan Kakak 1 berlari-lari kecil ke arah kelas. Juna berkata, "Apa? Ketemu kambing? Ada di kelas?"

Sontak saja kami semua tertawa. Hahahahaha. Gara-gara tadinya lagi ngomongin sapi dan kambing, Kakak 2 jadi disebut kambing deh, huhuhuhu, sedihnya Kakak 2.

Akan datang cerita lucu berikutnya. Tunggu ya, tetap di blog ini!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar