Kamis, 13 Juni 2013

Menarik, Mengesankan, Memesona

Saya mendapat pengalaman baru lagi: menulis cerpen Korea. Sudah dikirimkan sih, baru saja. Doakan menang ya :), thanks.

Namanya juga cerpen Korea, pasti harus berhubungan dengan Korea. Kalau kata penyelenggara lomba cerpen ini, 'harus berbau Korea, semakin bau semaki jleb!'.

Yaaa, sempet kepikiran untuk menyerah sih. Nyatanya saya mengerti banget soal Korea yaitu bahwa Korea adalah sebuah negara. Titik. Membantu banget ya untuk membuat cerpen, hahahaha. Kalau saya hanya memiliki satu informasi itu, gimana mau membuat cerpen? Jangan-jangan nanti isi cerpennya hanya bersetting Negara Korea tetapi orang-orangnya makan gudeg dan menari jaipong. Hmm....?

Tapi saya udah terlalu banyak menyerah. Kali ini saya mencoba menantang diri sendiri. Dengan berbekal internet, jelajah Korea dalam 3 hari itu menjadi mungkin. Sayangnya, internet nggak bisa bikin sidik jari saya ada di Korea. Jadi, saya tetap berminat mengunjungi negara tersebut. When the time is right and the money is bright O_o (bahasa Indonesianya: Ketika waktunya tepat dan ADA DUITNYA).

Selama mencari-cari tentang Korea, saya menemukan satu hal unik di negara ini. Hal tersebut adalah bahwa di Korea, kita harus meminta izin terlebih dahulu untuk memotret orang. Sedangkan memotret anak kecil harus seizin orang tuanya (perhatikan cara saya menulis, seolah-olah anak kecil bukan orang ya, hahaha, maklumlah bingung kata-katanya). Tujuannya adalah mengurangi kemungkinan tindak kejahatan terencana, pencarian informasi identitas secara diam-diam, tindak kriminal deh pokoknya. Bener juga ya? Berarti kalau di Korea, seperti ini dialog yang akan terjadi jika seseorang akan memotret:

"Annyeong haseo, boleh saya memotret anda?"
"Oooo sure, sure." (Kok jadi bahasa Inggris? Lanjut aja lah).

Sedangkan ini yang terjadi di Indonesia:

"Dek, saya mau motret nih," kata seorang bapak kepada seorang remaja di sebuah tempat wisata.
"Waaaaah, saya mau dipotret ya, Pak? Bisa jadi artis nggak?"
(Si bapak berkata dalam hati, "Bawel.") Si bapak kemudian sibuk memotret.
"Lagi dong, Pak motretnya," kata si remaja sambil berpose mulut manyun.
"Yeee, siapa yang mau motret kamu? Maksud saya, saya mau motret pemandangan di sana. Permisi dulu."
"Ih si bapak mah gituch. Nggak apa-apa deh, Pak, potret 1x ya, ya, ya, ya."

Hheehehehehe. Semua cerita di atas adalah fiktif belaka dan tidak ada hubungannnya dengan orang maupun kelompok manapun.

Yaaa, saya belum jadi ekspert (expert diadaptasi jadi bahasa Indonesia ngasal) soal Korea tetapi pengetahuan saya bertambah banyak. Contohnya aja saya jadi tahu kalau ngupil depan orang lain di Korea itu bakal bikin malu (lho, di Indonesia juga ya?).

Saya juga jadi tahu bahwa kimchi itu makanan Korea, bukan sejenis burung. Hehehe. Becanda.

Seperti biasa, saya akan memberitahu inti tulisan saya. Semua usaha ada manfaatnya. Lebih baik mengantri panjang daripada diam di Dufan yang benar-benar penuh saat liburan (lho kok jadi Dufan?). Mari coba melakukan yang belum pernah kau lakukan dan lihat seberapa besar manfaatnya bagimu.

Eh iya, belum menjelaskan tentang judul blog kali ini. Judul blog tersebut menggambarkan kata-kata yang sering saya pakai dalam memberikan opini, dan mungkin anda juga. Sungguh kata-kata tersebut sering dipakai lebih daripada celana dalam (eits, nggak maksud ngeres lhooo). Saya baru sadar betapa saya kurang mementingkan kosakata dalam menulis (saya rasakan ketika menulis cerpen Korea untuk lomba ini). Ini sebuah kekurangan saya dan saya telah melangkah maju dengan mengetahuinya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar